UNSUR-UNSUR MASYARAKAT

 UNSUR-UNSUR MASYARAKAT



Adanya bermacam-macam wujud kesatuan kelompok manusia menyebabkan bahwa kita memerlukan beberapa istilah untuk membedakan berbagai macam kasatuan manusia. Keculai istilah paling lazim, yaitu masyarakat, ada istila-istilah lain untuk menyebut kesatuan kesatuan khusus yang merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategori sosial, golongna sosial, komunitas, kelompok dan perkumpulan. Keenam istilah itu beserta konsepnya, syarat-syarat pengikatnya, dan ciri-ciri lainnya.

1. Masyarakat

Dalam bahas inggris dipakai istilah society yang berasal dari bahas latin socius, berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata arab syaraka yang berarti, ikut serta, berpartisispasi.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi. Seperti jalan raya,system radio, dan televise. Adanya perasaan untuk berinteraksi menyebabkan warga dari suatu kelompok manusia itu saling berinteraksi. Sebaliknya, bila hanya adanya suatu potensi untuk berinteraksi saja belum berarti bahwa warga dari suatu kesatuan manusia benar-benar akan berinteraksi.

Perlu diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergauk atau berinteraksi itu merupakan masyarkat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain ynag khusus.

Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi satu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua factor kehidupannya dalam sebuah batas kesatuan itu. Pola itu harus bersifat mantap atau kontinu, denagan kata lain, bahwa pola tersebut sudah menjadi adat istiadat yang khas.

Selain ikatan adat istiadat ynag khas meliputi sector kehidupan dan kontinuitas waktu, warga masyarakat harus mempunyai ciri lain, yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dati kesatuan-kesatuan manusia lainnya. suatau Negara, kota, desa misalnaya, merupakan kesatuan manuisa yang memiliki empat ciri khusus, yaitu: (1) interaksi antar warga-warganya, (2) adat istiadat, norma, hukum dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warganya, (3) kontinuitas waktu, (4) rasa identitas yang kuat mengikat warganya.

Dari beberapa ciri diatas, maka definisi dari masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

2. Kategori sosial

Masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang sangat umum sifatnya, mengandung kesatuan-kesatuan yang sifatnya lebih khusus, tetapi belum tentu mempunyai syarat pengikat yang samadengan suatu masyarakat.

Kategori sosial adalah suatu kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan pada manuisa-manusia itu. Ciri-ciri objektif itu biasanya dikenakan oleh pihak luar kategori sosial itu sendiri tanpa disadari oleh yang bersangkutan, dengan suatu maksud praktis tertentu. Contohnya, dalam masyarkat suatu Negara ditentukan malalui hukumnya bahwa ada kategori warga diatas umur 18 tahun, dan kategori warga berumur dibawah 18 tahun, dengan maksud untuk membedakan antara warga ynag mempunyai hak pilih dan warga yang tidak mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum.

Suatu kategori sosial biasanya tidak terikat oleh kesatuan adat, system nilai, atau norma tertentu. Suatu kategori sosial tidak mempunyai lokasi, organisasi, dan pimpinan.

3. Golongan sosial

Kategori sosial dan golongan sosial sering sering dianggap sebagai suatu konsep yang sama, namun pada kenyataannya mempunyai unsur-unsur perbedaan yang jelas. Suatu golongan sosial juga merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu. Sering kali ciri itu dikenakan pada mereka dari pihak luar kalangan merka sendiri. Meski demikian, golongan sosial mempunyai ikatan identitas soaial. Hal itu dapat disebabkan karena kesadaran identitas itu tumbuh sebagai respon atau reaksi terhadap cara pihak luar memandang golongn sosial tadi. Mungkin juga karena golongan itu memang terikat oleh suatu system niali, norma, dan adat istiadat tertentu.

Suatu golongan sosial dapat juga timbul karena adanya pandangan negative dari orang lain diluar golongan itu. Misalnya: golongan negro dalam masyarkat Negara amerika serikat, disebabkan ciri-ciri ras yang tampak lahir secara mencolok dan membedakan mereka dari warga Negara amerika serikat lainnya yang memiliki ciriciri khas kaukasoid.

Dalam masyarakat masih ada suatu kesatuan manusia yang dapat disebut golingn sosial, yaitu lapiasan atau kelas sosial. Dalam masyarakat kuno ada lapisan-lapisan seperti lapisn bangsawan, lapisan orang biasa, dan lapisan budak. Lapisan atau golonagn semacam itu terjadi karena manusia yang dikelaskan mempunyai suatu gaya hidup yang khas.

4. Kelompok dan perkumpulan

Suatu kelompok atau group juga merupakan suatu masyarakat karena memnuhi syarat-syaratnya, selain ciri-ciri yang ada dalam masyarakat juga mempunyai ciri tambahan, yaitu organisasi dan pimpinan, dan selalu tampak sebagai kesatuan dari individu-individu pada masa-masa yang secra berulang berkumpul dan kemudian bubar lagi.

Untuk menghindari kesalah pahaman digunakan istilah lain dalam bahas Indonesia yang mempunyai arti lebih jelas untuk menyebut kedua macam kelompok dan organisasi. Association diterjemahkann dengan istilah perkumpulan. Dasar organisasinya adalah organisasi buatan. Group diterjemahkan denagn istilah kelompok, atau menurut Cooley kelompok primer. Dasar organisasinya adalah organisasi adat.

Suatu kelompok primer dengan organisasi adat, biasanya mempunyai system pimpinan yang berbeda sifatnya dari pada perkumpulan dengan oarganisasi buatan. Pimpinan kelompok lebih berlandaskan kewibawaan dan karisma, sedangkan hubungan dengan warga kelompok yang dipimpin lebih berdasarkan hubungn asas perorangan. Sebaliknya, pimpinan perkumpulan biasanya lebih berlandaskan wewenang dan hukum, sedangkan hubungan dengan anggota kelompok yang dpimpin lebih berandaskan hubungan anonym dan asas guna.

Jumlah kelompok dan perkumpulan dalam suatu masyarakat sudah tentu sangat banyak. Makin besar dan kompleks masyarkat itu, maka makin banyak juga jumlah kelompok dan perkumpulan yang ada didalamnya. Karena perkumpulan dan kelompok merupakan kesatuan dari manusia yang berdasarkan atas asas guna.

Sebelumnya telah kita katahui bahwa ada kelompok yang terikat oleh hubngan keturunan atau kekerabatan. Kelompok semacam itu disebut kingroups, bisa berwujud besar seperti suatu marga. Yang sering kali terdiri dari banyak warga, tatapi bisa juga hanya terdiri dari beberapa sub-marga, sedangkan ada juga wujud kelompok kekerabatan yang kecil seperti keluarga inti, keluarga besar, klan kecil, dan sebagainya.

Perkumpulan dapat dikelaskan berdasarkan prinsip guna dan keperluan dan fungsinya. Denagn demikian ada perkumpulan yang gunanya untuk mencari nafkah, untuk melaksanakan suatau mata pencaharian hidup atau memproduksi barang, yang gunanya untuk memnuhi keperluan ekonomi, dan sebaginya.


6. Ikhtisar mengenai beragam wujud kesatuan manusia


Masyarakat digunakan untuk menyebut wujud kesatuan manusia, yaitu komunitas (yang menekankan pada aspek lokasi hidup dan wilayah) dan konsep kelompok (yang menekankan pada aspek organisasi dan pimpinandari suatu kesatuan manusia). Ada tiga wujud kesatuan manusia (yaitu kerumunan, kategori sosial, golongan sosial) tidak dapat disebut masyarakat. Hal itu karena ketiganya tidak memenuhi ketiga unsur yang merupakan syarat konsep masyarakat.


7. Interaksi antar individu dalam masyarkat


Konsep interaksi itu penting karena tiap masyarakat merupakn suatu kesatuan dari individu yang satu dengan lain berada dalam hubungan berinteraksi yang berpola mantap. Interkasi itu terjadi bila seorang individu dalam masyarakatberbuat sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu respons atau reaksi dari individu-individu lain.

Dalam hal menganalisis proses interaksi antar individu dalam masyarakat, kita harus membedakan dua hal, yaitu: (1) kontak, (2) komunikasi. Kontak antar individu tidak hanya mungkin pada jarak dekat seperti bertatap muka, tetapi juga pada jarak jauh dengan menggunakan alat-alat kebudayaan seperti televise, telepon, radio, dan lainnya. komunikasi timbul terjadi setelah adanya kontak. Didalam proses itu tindakan dari piahak pertama (seperti gerak, ekspresi muka, uacapan), mengeluarkan makna yang ditangkap oleh pihak kedua. Penangkapan makna itu menjadi pangkal untuk reaksi pihak kedua. Kontak belum berarti adanya komunikasi seperti ynag terjadi apabila seorang pembaca yan tidak berhasil memahami tulisan seorang penulis sehingga kontak ada, tetapi komunikasi antara penulis dan pembaca tidak ada.

D. Pranata Sosial

1. Pranata

Dari hari ke hari manusia melaksanakan banyak tindakan interaksi antarindividu dalam kehidupan bermasyarakat. Di antara semua tindakannya yang berpola tadi, perlu diadakan perbedaan antara tindakan-tindakan yang dilaksanakannya menurut pola-pola yang tidak resmi dengan tindakan-tindakan yang dilaksanakannya menurut pola- pola yang resmi. Sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi sertaadat-istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompleks kebutuhan manusia dalam masyarakat, dalam ilmu sosiologi dan antropologi disebut pranata, atau dalam bahasa Inggris institution.

2. Pranata dan Lembaga

Dalam bahasa sehari-hari istilah institution sering dikacaukan dengan istilah institute. Dalam bahasa Indonesia pertukaran arti itu juga terjadi . Istilah Indonesia untuk institute adalah “lembaga” maka sesuai dengan itu dalam bahasa surat kabar dan bahasa populer di Indonesia sering kita baca istilah “dilembagakan”. Padahal, antara “pranata” dan "lembaga” harus diadakan pembedaan secara tajam. Pranata adalah sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus, sedangkan lembaga atau institut adalah badan atau organisasi yang melaksanakan aktivitas itu.

 Kalau istilah lembaga kita perhatikan lebih mendalam dan di- hubungkan dengan istilah kelompok atau perkumpulan, maka lembaga memang merupakan suatu bentuk perkumpulan yang khusus.


3. Macam-macam Pranata

1) Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan, yaitu yang sering disebut kinship atau domestic institu- tions. Contoh: perkawinan, tolong-menolong antarkerabat, pengasuhan anak-anak, sopan-santun pergaulan antarkerabat, sistem istilah kekerabatan dan sebagainya.

2) Pranata-pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencarian hidup, memproduksi, menimbun, menyimpan, mendistribusi hasil produksi dan harta adalah economic institutions. Contoh: pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme, industri, barter, koperasi penjualan, penggudangan, perbankan dan sebagainya.


3) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna adalah educational institutions. Contoh: pengasuhan anak anak, pendidikan rakyat, pendidikan menengah, pendidikan tinggi pemberantasan buta huruf, pendidikan keamanan, pers, perpustakaan umum dan sebagainya.

4) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia, menyelami alam semesta sekelilingnya, adalah scientific institutions. Contoh: metodologi ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah dan sebagainya.

5) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia dalam menghayati rasa keindahannya dan untuk rekreasi adalah aesthetic and recreational institutions. Contoh: seni rupa, seni suara, seni gerak, seni drama, kesusasteraan, olah raga dan sebagainya.

6) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan dan berbakti kepada Tuhan atau dengan alam gaib, adalah religious institutions. Contoh: doa, kenduri, upacara, semadi, bertapa, penyiaran agama, pantangan, ilmu gaib, ilmu dukun dan sebagainya.

7) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat, adalah political institutions. Contoh: pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan dan sebagainya.

8) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia adalah somatic institutions 28 Contoh: pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran, dan sebagainya.

4. Pranata, Kedudukan, dan Peranan Sosial

Sebelumnya telah dibahas bahwa pranata-pranata dalam suatu menyebabkan terwujudnya pola-pola sosial dalam masyarakat. Adapun masyarakat terdiri dari suatu kompleks tindakan berinteraksi melakukan tindakan interaksi itu biasanya menganggap manusia yang dirinya berada dalam suatu kedudukan sosial tertentu yang juga dikonsepsikan untuknya oleh norma-norma yang menata seluruh Tindakan tadi. Dengan demikian, konsep kedudukan (status)29 menjadi penting dalam setiap usaha kita untuk menganalisis masyarakat. Pada kedudukan itulah para warga masyarakat bertindak menurut norma- norma khusus dari pranata bersangkutan, bahkan menurut norma-norma khusus dari kedudukan khusus dalam pranata itu. Tingkah laku individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu disebut dengan suatu istilah ilmiah, yaitu "peranan sosial” (social role atau role saja).

Istilah “peranan” memang dipinjam dari seni sandiwara. Berbeda dengan sandiwara, si pemain tidak hanya memainkan satu peranan saja, tetapi beberapa peranan sekaligus atau secara berganti-ganti. Dalam ilmu antropologi dan ilmu-ilmu sosial lain, "peranan" diberi arti yang lebih khusus, yaitu peranan khas yang dipentaskan atau ditindakkan oleh individu dalam kedudukan di mana ia berhadapan dengan individu-individu dalam kedudukan-kedudukan lain. Itulah sebabnya konsep peranan menurut pengertian ilmiah mengandung kenyataan bahwa si individu dari waktu ke waktu dapat berpindah dari satu peranan ke peranan yang lain; bahkan jarak antara satu waktu dengan waktu yang lain itu dapat sedemikian dekatnya sehingga seolah-olah tampak sebagai satu waktu. Hal yang terakhir ini berarti bahwa seorang individu dapat mementaskan sekaligus dua atau lebih peranan sosial pada satu saat tertentu

Marilah kita tinjau suatu contoh mengenai hal itu, yang kita ambil dari pranata kekerabatan. Pada pranata kekerabatan itu ada kedudukan- kedudukan seperti ayah, suami, anak laki-laki, kakak laki-laki, adik perempuan, paman senior, paman junior, bahkan mungkin juga ayah angkat, ayah tiri, ayah mertua, ipar laki-laki dan banyak yang lain. Kita dapat membayangkan bahwa satu orang individu bisa menduduki semua status itu, dan dalam kehidupan sehari-hari mementaskan semua peranan itu dengan beralih tiap saat dari satu kedudukan ke dalam kedudukan yang lain. Bahkan pada suatu saat ia mungkin berada dalam suatu keadaan di mana ia bertindak dalam tiga-empat kedudukan sekaligus, dan harus memainkan tiga sampai empat peranan yang berhubungan dengan itu sekaligus, dalam satu waktu tertentu. Individu tadi pada saat bertindak dengan berperan sosial ayah terhadap anaknya, pada saat lain sebagai suami terhadap istrinya, pada keesokan harinya ia mengunjungi ayahnya dan berperanan sebagai anak laki-laki dalam kedudukannya itu, dan demikian selanjutnya. Namun pada suatu hari mungkin sekali ia duduk di rumah bersama istrinya, anak laki-lakinya, istri anak laki-lakinya, cucunya, dan kebetulan seorang kenalan bekas teman sekolahnya datang berkunjung. Pada saat seperti itu ia harus memainkan lima peranan sosial, yaitu sebagai suami, ayah, ayah mertua, kakek, dan juga sebagai seorang bekas teman sekolah.

Untuk tiap individu dalam masyarakat ada dua macam kedudukan, yaitu kedudukan yang dapat diperoleh dengan sendirinya, dan kedudukan yang hanya dapat diperoleh dengan usaha. Golongan yang pertama disebut kedudukan tergariskan (ascribed status), dan yang kedua disebut kedudukan diusahakan (achieved status).

Terutama berdasarkan atas jenis kelamin dan tingkat umurnya, tiap individu dalam tiap masyarakat harus menduduki berbagai kedudukan tergariskan. Wanita dalam semua masyarakat mempunyai berbagai kewajiban tertentu yang seolah-olah sudah digariskan untuk mereka oleh adat masyarakat masing-masing, dan dengan sendirinya mereka harus belajar dan menyiapkan diri untuk menempati kedudukan-kedudukan mereka dan menjalankan peranan mereka dengan baik. Hampir semua wanita Indonesia, dengan beberapa pengecualian, tergariskan sebagai ibu rumah tangga. Di masyarakat lain Wanita tergariskan kedudukan-kedudukan yang mungkin lain sekali. Dalam masyarakat suku bangsa Indian Iroquois di daerah Sungai St. Lawrence di Amerika misalnya, dahulu wanita digariskan sebagai pengatur kehidupan politik, dan sejak kecil anak gadis dididik untuk kemudian, bila telah dewasa, dapat menjalankan peranan mereka dengan saksama, Hal itu berbeda dengan di Indonesia, di mana wanita dalam politik memang ada, tetapi tidak lazim. Dalam masyarakat Eropa-Amerika di kota-kota besar di dunia, batas antara kedudukan tergariskan bagi wanita dan bagi pria mulai kabur, karena di sana terutama kaum wanitalah yang mulai menempati kedudukan-kedudukan yang mula- mula hanya khusus digariskan untuk kaum pria. Kecuali berdasarkan atas perbedaan jenis kelamin dan umur, di banyak masyarakat di dunia kedudukan dan individu ditentukan oleh lapisan masyarakat atau kelas sosial tempat mereka dilahirkan. Di banyak tempat di India terutama di daerah pedesaan, di mana sistem kasta masih kuat, kedudukan individu digariskan oleh kasta tempat ia dilahirkan.

E. Integrasi Masyarakat

1. Struktur Sosial

Dalam hal menganalisis masyarakat, seorang peneliti memerinci kehidupan masyarakat itu ke dalam unsur-unsurnya, yaitu pranata, kedudukan sosial, dan peranan sosial. Walaupun demikian, tujuan si peneliti adalah untuk kemudian mencapai pengertian mengenai prinsip- prinsip yang berkaitan dengan berbagai unsur masyarakat itu. Sebagai contoh dapat disebut di sini seorang peneliti yang bertujuan mencapai pengertian mengenai bagaimana dalam suatu masyarakat tertentu misalnya, kedudukan ayah berkaitan dengan anak, istri, dan kedudukan- kedudukan kerabat lainnya di luar keluarga inti, mengenai berbagai hak dan kewajibannya, mengenai intensitas, sifat, mutu dan frekuensi dari pola-pola kaitan itu, dan juga dengan kedudukan-kedudukan lain di luar kelompok kerabatnya. Contoh lain dapat disebut di sini: seorang peneliti hendak mencapai pengertian bagaimana misalnya dalam suatu masyarakat atau bagian dari suatu masyarakat tertentu, kedudukan pemimpin berkaitan dengan kedudukan lain seperti bawahannya dengan sesamanya, dengan para penyaingnya, dengan lingkungan sahabatnya , dengan musuh-musuhnya, dengan kaum kerabatnya, dengan pemimpin- pemimpin dari masyarakat-masyarakat lain, dan sebagainya. Di sana pun dapat diukur intensitas, sifat, mutu, dan frekuensi dari pola-pola kaitan itu. Kemudian semua hal itu dapat dihubungkan misalnya dengan tipe masyarakatnya yang bersangkutar; misalnya tipe masyarakat agraria, masyarakat industri, masyarakat pedesaan, atau masyarakat perkotaan, masyarakat tradisional, atau masyarakat modern dan sebagainya. Adapun kerangka yang dapat menggambarkan kaitan- kaitan seperti terurai dalam contoh tersebut di atas, dalam ilmu antropologi disebut struktur sosial (social structure), dari suatu masyarakat Konsep social structure pertama kali dikembangkan oleh seorang tokoh dalam ilmu antropologi, yaitu A.R. Radcliffe Brown. Sarjana antropologi Inggris ini hidup di antara 1881 dan 1955, yang antara lain pernah melakukan penelitian terhadap orang-orang pygmeel di kepulauan Andaman di Teluk Bengali di sebelah utara Sumatera.

Dalam bukunya yang melaporkan penelitian itu, The Andaman Islanders (1922) belum tercantum uraian mengenai konsep social structure itu, yang rupa- rupanya memang baru kemudian dikembangkannya. Baru dalam tahun 1939 konsep itu diuraikan olehnya dalam suatu pidato resmi yang diucapkannya saat peristiwa penerimaan jabatannya sebagai Ketua Lembaga Royal Anthropological Institute of Great Britain and Ireland. 

Dasar pikirannya mengenai struktur sosial itu secara singkat adalah  seperti yang terurai di bawah ini:

1. Pangkal dan pusat dari segala penelitian masyarakat di muka bumi ini, serupa dengan penelitian-penelitian ilmu kimia itu yang memusatkan perhatian terhadap susunan hubungan antara molekul- molekul yang menyebabkan adanya berbagai zat. Demikian pula ilmu antropologi pada dasarnya harus mempelajari susunan hubungan antara individu-individu yang menyebabkan adanya berbagai sistem masyarakat. Perumusan dari berbagai macam susunan hubungan antara individu dalam masyarakat itulah social structure, atau struktur sosial.

2. Struktur sosial dari suatu masyarakat itu mengendalikan Tindakan individu dalam masyarakat, tetapi tidak tampak oleh seorang peneliti dengan sekejap pandangan, dan harus diabstraksikan secara induksi konkret dan dari kenyataan kehidupan masyarakat yang

3. Hubungan interaksi antarindividu dalam masyarakat adalah hal yang konkret yang dapat diobservasi dan dapat dicatat. Struktur sosial seolah-olah berada di belakang hubungan konkret itu. Hal ini menjadi terang bila kita perhatikan bahwa struktur itu hidup langsung, sedangkan individu-individu yang bergerak nyata di dalamnya dapat silih berganti. Contohnya: Dalam suatu masyarakatnyata terlihat secara konkret hubungan antara dua orang individu,yaitu A yang bersikap hormat terhadap B (seorang warga darikerabat istri A) ternyata hal itu sebagai bagian dari struktur sosialnya bahwa dalam masyarakat tersebut kelompok kerabat menerima gadis dari kerabat lain untuk dijadikan istri bagi para pemudanya, sebagai penerima harus bersikap menghormat kepada kelompok kerabat pemberi gadis tadi. Struktur sosial dari hubungan ini akan berlangsung terus walaupun A dan B tadi kita ganti dengan C dari kelompok penerima, dan D dari kelompok pemberi, atau dengan X dari kelompok penerima dan Y dari kelompok pemberi. Kita selalu akan melihat bahwa dalam hubungan antarindividu yang konkret, C bersikap menghormat terhadap D, dan begitu juga X terhadap Y. Demikian juga apabila A, B, C, D, X dan Y sudah meninggal, tetap ada individu-individu lain mengikuti prinsip masyarakat tadi itu. Struktur sosial memang yang tetap akan berlangsung terus mengikuti prinsip itu.

4. Dengan struktur sosial itu seorang peneliti kemudian dapat menyelami latar belakang seluruh kehidupan suatu masyarakat, baik hubungan kekerabatan, perekonomian, religi, maupun aktivitaskebudayaan atau pranata lainnya.

5. Untuk mempelajari struktur sosial suatu masyarakat diperlukan suatu penelitian di lapangan, dengan mendatangi sendiri suatu masyarakat manusia yang hidup terikat oleh suatu desa, bagian kota besar, suatu kelompok berburu, atau yang lain. 

6. Struktur sosial dapat juga dipakai sebagai kriterium untuk menentukan batas-batas dari suatu masyarakat tertentu. Sejak lama para ilmu sosiologi telah mempersoalkan konsep masyarakat sebagai kesatuan berfungsi, tetapi apakah sebenarnya batas-batas dari kesatuan berfungsi itu? Apakah suatu keluarga pegawai di Jakarta merupakan kesatuan masyarakat? Apakah suatu daerah di kota Jakarta demikianjuga? Suatu golongan tingkat bangsawan di Ujung Pandang? Apakah seluruh negara Indonesia itu suatu masyarakat? Soal pembatasan dari konsep masyarakat sebagai kesatuan yang berfungsi memang merupakan suatu soal yang telah lama menyukarkan para ahli ilmu sosiologi. Selain itu apakah batas dari “suatu masyarakat yang hidup: suatu bangsa, suatu bagian dari bangsa itu, satu desa, atau apa? Radcliffe-Brown sebaliknya berkata bahwa konsep struktur sosial tadi dapat dipakai untuk menentukan batas dari suatu masyarakat yang berfungsi . Dengan demikian kesulitan dapat dihindari, dan tidak perlu lagi dipersoalkan apa batas-batas dari suatu masyarakat yang dipelajarinya itu. Batas kerangka struktur sosial yang dapat diinduksikan dari kenyataan itulah yang merupakan juga batas dari masyarakat yang dipelajari.

2. Analisis Struktur Sosial

Walaupun Radcliffe-Brown telah menguraikan konsep social struc-ture itu, ia belum pernah memberi petunjuk mengenai metodologi yang digunakan seorang peneliti mengabstraksikan susunan sosial dari kenyataan kehidupan masyarakat. Karena itu ahli-ahli antropologi lain telah mencoba berbagai metode untuk mengabstraksikan struktur sosial, lepas dari Radcliffe-Brown. Metode-metode yang paling umum adalah mencari kerangka itu dari kehidupan kekerabatan. Dalam suatu masyarakat kecil dan lokal, kehidupan kekerabatan merupakan suatu sistem yang sering kali bersifat amat ketat, yang memang mempengaruhi suatu lapangan kehidupan yang sangat luas, sehingga menyangkut banyak sektor kehidupan masyarakat. Meneliti sistem kekerabatan dalam suatu itu dapat memberi pengertian mengenai banyak kelompok dan pranata sosial lain. Demikian juga menganalisis prinsip- prinsip sistem kekerabatan dalam suatu masyarakat kecil sama denganmenganalisis kerangka dasar dari seluruh masyarakat. Antropologi yang mempunyai pengalaman cukup lama justru dalam hal meneliti masyarakat lokal, telah mengembangkan berbagai metode dan konsep mengenai berbagai sistem kekerabatan yang beragam. Itulah sebabnya banyak sarjana antropologi mempelajari struktur sosial melalui analisis dati sistem kekerabatan dalam masyarakat yang bersangkutan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kupas Tajam Antropologi bersama Ibu Serepina Tiur Maida,SSos.,M.Pd,M.I.Kom

ANEKA RAGAM MANUSIA

EVOLUSI DAN MANUSIA: PERSPEKTIF ANTROPOLOGI